TRIK CARD FLOURISH MAGIC TRIK 4

Sabtu, 01 Januari 2011

|
Sejak berdiri pada 2009, komunitas itu hanya beranggota sembilan orang. Jumlahnya belum bertambah karena tak banyak yang menguasai card flourish alias teknik mengocok kartu. Atau, orang awam lebih mengenalnya sebagai juggling kartu. Sebab, untuk mempelajari permainan yang mengandalkan keterampilan tangan itu, dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra.

“Untuk menguasai teknik dasarnya saja, dibutuhkan waktu setengah tahun,” kata Anjunnata, salah seorang anggota Flourishian Gank (FG). Yang termasuk teknik dasar, antara lain, grip alias cara memegang kartu sampai cutting alias membagi kartu. “Itu saja sudah macam-macam. Maka, harus telaten latihan,” imbuh Rubianto, anggota lain FG sambil menunjukkan beberapa contoh cara memegang kartu.

Setelah teknik dasar dikuasai, barulah melangkah ke tahap berikutnya: belajar move alias gerakan yang berjumlah ribuan. Salah satunya anaconda, yaitu menjatuhkan lembaran kartu dari satu tangan ke tangan lain, namun susunannya tetap rapi. Move dibagi menjadi smooth alias perpindahan kartu yang sangat halus, staccato atau gerakan terpatah-patah, dan gerakan supercepat atau speed.

Anto, panggilan akrab Rubianto, mengatakan, ketelatenan benar-benar diperlukan karena orang yang belajar card flourish sering menyerah di tengah jalan gara-gara capek memungut kartu jatuh. “Itu beneran. Saya saja sampai mau mutung. Sekali dua kali nggak apa-apa. Lah, kalau terus-terusan jatuh, pengin marah rasanya,” kata pria yang kuliah di sastra Indonesia Unipa Surabaya itu.

Bee Arland membenarkan perkataan Anto. Mahasiswa teknik sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu mengatakan tertarik belajar card flourish gara-gara menyepelekan temannya yang lebih dulu bisa. “Waktu lihat dia, saya bilang begitu saja gampang. Saya juga bisa,” katanya. Ternyata, setelah mencoba, dia terus-menerus gagal. Akhirnya, Arland tertarik belajar.

Diremehkan orang memang sudah jadi makanan mereka setiap saat. Sebab, saat dimainkan, card flourish terlihat sangat gampang. “Kalau sudah begitu, kita suruh orang tadi nyoba. Biasanya sih nggak bisa,” tambah Okky Pandu, anggota FG lainnya. Biasanya, komunitas itu berlatih bersama di Taman Bungkul setiap Sabtu malam atau di daerah Ketintang setiap Selasa atau Rabu malam.

Card flourish berbeda dengan sulap kartu atau cardician. Yang ditonjolkan adalah keterampilan, bukan kecepatan tangan. “Kalau card flourish bisa pakai kartu apa saja. Yang dijual di pinggir jalan bisa. Kalau sulap, ada kartu khusus,” jelas Anjun yang belajar seni mengocok kartu sejak 2006. Hingga kini, pria yang bekerja sebagai staf pemasaran tersebut sudah menghabiskan 40 kotak kartu untuk belajar. (c6/roz)

Sumber : www.jawapos.com

0 komentar:

Posting Komentar

Followers


 

Entri Populer

Lorem

Ipsum

Total Tayangan Halaman

Dolor